MAKALAH
PENGANTAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PEMUKIMAN
DAN PERKOTAAN
DI SUSUN OLEH:
NAMA:
ASMIN SALIM
NPM : 11 710 255
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Teriring salam dan doa
kepada Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada Bapak Dosen mata
kuliah ‘’Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan’’ serta kita semua dalam
menjalankan aktifitas keseharian kita. Amin.
Serta syalawat dan salam tak
lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, atas perjuangannya dalam
mengantar umat manusia dari dunia jahiliya ke dunia yang penuh dengan etika,
moral yang berperadaban. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini
dengan tenang dalam penyusunannya
walau masih penuh dengan kemungkinan untuk di berikan kritikan serta masukan
yang membangun. Makalah
ini berjudul ”Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan”, Yang Alhamdulillah, dengan
judul ini,
memberikan motivasi bagi mahasiswa kesehatan masyarakat terkhusus
penyusun sendiri untuk
mengimplementasikan
ilmu tentang Kesehatan Lingkungan
Pemukiman dan Perkotaan yang
memenuhi standart.
Akhirnya
saya
sebagai penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang mendukung terselesainya makalah ini.
Billahittaufik walhidayah
Wassalamu alaikum Wr. Wb
Baubau,
17/03/2015
Penyusun.
(ASMIN SALIM)
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
..........................................................................................................................1
Daftar Isi
.....................................................................................................................................2
Kata
Pengantar
........................................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah
..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan
............................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan
..........................................................................................................6
BAB II Pembahasan
2.1 Sejarah Pemukiman dan Perkotaan
......................................................................7
2.2
Defenisi Pemukiman dan Perkotaan
....................................................................7
2.3 Hubungan
Manusia dengan Lingkungan
..............................................................9
2.4 Upaya
perbaikan Kesling pemukiman dan Perkotaan ...................................10
BAB III Penutup
3.1
Kesimpulan........................................................................................................................15
3.2 Saran
....................................................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA
................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik
diperlukan suatu program peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya
kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan sesuai peraturan pemerintah yang
telah ditetapkan. Kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan merupakan
tanggung jawab bersama.
Pemukiman dan perkotaan merupakan salah satu kebutuhan
dasar dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia serta mutu kehidupan yang sejahtera menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Pemukiman dan perkotaan juga merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah,
terencana, dan berkesinambungan.
Pemukiman dan perkotaan adalah dua hal yang tidak
dapat kita pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan. Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah
dengan segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam permukiman, sedangkan kota adalah daerah perumahan dan
bangunan-bangunan yang merupakan suatu kesatuan tempat kediaman dan juga
merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya .
Pada dasarnya kota merupakan tempat
konsentrasi sejumlah besar orang, tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya
spesialisasi pekerjaan atau industri, perdagangan luar negeri dan menjadi pusat
pelayanan bagi daerah-daerah di sekitarnya . Tata kota adalah suatu pengaturan
pemanfaatan ruang kota di mana terlihat fungsi kota sebagai pusat pelayanan
jasa bagi kebutuhan penduduknya maupun kota itu sendiri.
Sehingga benarlah bahwa pemukiman dan perkotaan tidak bisa dipisahkan. Adapun Permukiman perkotaan dapat terhindar dari kondisi
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar
yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya
sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat – syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan
dalam poses pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak huni, juga harus
memenuhi standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan nyaman untuk kepentingan
individu atau keluarga itu sendiri.
Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota –
kota besar, pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau
kawasan yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat
tempat pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat – tempat
yang rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau sekitar 95%
kejadian yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor
dan puting beliung di Indonesia pada tahun 2013 dikarenakan pembangunan
perumahan yang salah sehingga permasalahan tersebut belum bisa diselesaikan
karena tidak ada tindakan tegas terhadap developer – developer nakal yang tidak
mematuhi peraturan yang berlaku. (BMG Nasional)
1.2 Rumusan Masalah
1.
Sejarah
Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan.
2.
Apakah Defenisi
Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan ?
3.
Bagaimana
Hubungan Manusia dengan Lingkungannya ?
4.
Bagaimana Upaya
Perbaikan Kesling. Pemukiman dan perkotaan ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah ‘’Kesling Pemukiman dan Perkotaan’’.
2.
Untuk Menambah
Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Mahasiswa Dapat
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesehatan Lingkungan Pemukiman Dan
Perkotaan serta Metode Pengelolaannya
2.
Mahasiswa Dapat
Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan dan
Prosedur Apa Saja Yang Dipakai Dalam Pengelolaan Pemukiman Dan Perkotaan yang
Bisa menjamin Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Pemukiman di Perkotaan
Sejarah pertumbuhan pemukiman
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekonomi, sosial budaya,
politik, teknologi dan keadaan alam sekitar. Perkembangan pemukiman di kota
akan lebih mudah dimengerti dengan menguraikan terlebih dahulu perkembangan perkotaan
di Indonesia sebagai dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Berikut adalah sejarah perkembangan pemukiman kota di
Indonesia yang dirunut dari beberapa tahap:
1. Kota Dan Pemukiman Sebelum Masuknya Pengaruh Eropa.
Kota- kota di Indonesia tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh kebudayaan hindu
budha, di susul kemudian oleh kebudayaan Islam. Kota-kota tersebut umumnya merupakan pusat- pusat kerajaan dan
perdagangan.
Kebanyakan pola tata ruang
kota-kota di kerajaan di jawa mengikuti suatu pola dasar dengan memperhatikan
empat arah mata angin yaitu utara, selatan, barat, timur dan tengah dengan
suatu anggapan bahwa suatu kota merupakan sebuah organisme yang hidup seperti
manusia.
Konsep tata ruang kota yang
berada dibawah pengaruh kebudayaan hindhu masih dapat dilihat pada pola- pola perkampungan dan kota kota di bali.
2. Kota Dan Pemukiman Setelah Masuknya Pengaruh Eropa.
Kota-kota dan pemukiman setelah masuknya pengaruh eropa dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu
:
Ø Kota Pantai
Merupakan pusat utama kegiatan masyarakat kota tersebut, semisal kegiatan perdagangan, penyebaran
agama dan kebudayaan serta tempat berkumpul dan bertemunya berbagai suku bangsa
dari berbagai negara.
Ø Kota pedalaman
Merupakan pusat pemerintahan
kerajaan dan pengembangan tradisi serta banyak di tunjang oleh pusat-pusat hasil pertanian daerah.
3. Kota Dan Pemukiman Pada Masa
Pemerintahan Hindia Timur S/D
Berdaulat.
Pada awal perang kemerdekaan,
setelah Jepang dikatakan kalah oleh sekutu pada tahun 1945, banyak kota-kota besar yang dibakar dan ditinggalkan oleh penduduknya mengunsi ke kota-kota kecil. Pembangunan pada awal pengakuan kedaulatan tidak banyak
dilakukan.
Untuk merehabilitasi kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat perang, Belanda mengeluarkan Stads Vormings
Ordonansi pada tahun 1948 dan Stads Vormings Verorderning sebagai peraturan
pelaksanaannya. Belanda mulai mempersiapakan pembangunan kota baru di Kebayoran sebelah selatan Jakarta, untuk tempat tinggal para pegawai dan
menampung pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat
dibangun karena adanya penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Pembangunan kota
ini baru dilakukan pemerintah Indonesia pada awal tahun lima puluhan.
4. Kota Pemukiman Pada Masa Kemerdekaan
Ø Terjadinya pemberontakan di
beberapa daerah di Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Maluku
Ø Perumahan yang teratur
dibangun oleh Pemerintah bagi para pegawai negeri yang terus bertambah atau
oleh perusahaan perusahaan besar untuk karyawannya.
Ø Penduduk asli kota yang
memiliki tanah yang luas membangun rumah-rumah petak kontrakan untuk
pendatang baru.
Ø Selain Kebayoran Baru, banyak lagi kota-kota baru lainnya yang
dibangun, baik dari lokasi maupun dari perluasan kota kecil yang sudah ada
sebelumnya.
Ø Pada awal tahun 1970-an pihak swasta mulai membangun perumahan yang direncanakan dengan baik ,
namun baru terbatas kepada bangunan-bangunan mewah (PONDOK INDAH).
Ø Rumah susun sebagai solusi
kebutuhan perumahan daerah perkotaan yang lahannya terbatas jumlahnya masih
sedikit (semula dibangun pemerintah untuk pegawai), awal 1980-an baru muncul rusun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Ø Rusun yang dibangun untuk
masyarakat berpenghasilan tinggi dibangun oleh swasta di awal tahun 1990 an.
2.2 Defenisi Pemukiman dan
Perkotaan
A. Pemukiman
Permukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perkehidupan
dan penghidupan.
Permukiman
adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana
umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan
pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
B.
Perkotaan
Perkotaan (urban)
adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
(Wikipedia Indonesia).
Kota
adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar local (Max Weber).
Kota
adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya (Louis Wirth).
2.3
Hubungan Manusia Dengan Lingkungan
Manusia
mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Makin
tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Makin besar
jumlah keburuhan hidupnya berarti makin besar perhatian manusia terhadap
lingkungannya.
Perhatian
dan pengaruh manusia terhadap lingkungan makin meningkat pada zaman teknologi
maju. Masa ini manusa mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup
binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhi bahan dasar
industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan
kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan
sifatnya, kebutuhan hidup manusia dapat dilihat dan dibagi menjadi 2, yaitu
kebutuhan hidup materil antara lain adalah air, udara, sandang, pangan, papan,
transportasi serta perlengkapan fisik lainnya. Dan kebutuhan nonmateril
adalah rasa aman, kasih sayang, pengakuan atas eksistensinya, pendidikan dan
sistem nilai dalam masyarakat.
Manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya fikir dan daya nalar
tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Di sini jelas terlihat bahwa manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini disebabkan manusia dapat
secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala.
2.4 Upaya Perbaikan Kesehatan
Lingkungan Pemukiman Dan Perkotaan
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang
perbaikan kesehatan lingkungan di perkotaan, ada baiknya kita menguraikan
terlebih dahulu permasalahan yang kerap terjadi pada pemukiman perkotaan. Sebab
untuk melakukan upaya perbaikan tentu kita mesti mengetahui pokok permasalahan
yang terjadi. Adapun permasalahan yang terjadi atau kasus-kasus kesehatan di
lingkungan pemukiman di perkotaan ini akibat kesalahan penataan serta kurangnya
kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam pemenuhan instrumen-instrumen
pendukungnya. Di bawah ini adalah beberapa kasus yang sering terjadi pada
pemukiman di perkotaan:
Ø
Banjir
Banjir
adalah peristiwa yang sudah tidak asing lagi dimata publik, sebab dalam
beberapa tahun terakhir, kita banyak disuguhkan oleh media akan banjir
besar yang bahkan menelan korban jiwa,
yang sudah tentu dikarenakan penataan kota yang tidak benar serta kurangnya
bahkan tidak ada resapan air di titik banjir tersebut.
Ø Polusi
Polusi udara, dikeranakan banyaknya
kendaraan serta buangan industri yang menghasilkan senyawa toksit yang
mengandung logam berat, yang ketika hirup akan bersifat kronis di dalam tubuh.
Contoh kasusnya adalah adalah pada setiap Traffight
Light di kota-kota besar. Seharusnya, timer-nya
di setting lebih cepat untuk
menghindari resiko polusi dari berkerumunya kendaraan pada setiap perhentian di
titik tersebut.
Ø Kelebihan
penduduk
Kita memahami bahwa suatu kemajuan suatu daerah ditandai dengan peningkatan
jumlah penduduk yang tinggi di daerah tersebut yang diikuti peningkatan jumlah
pemukiman pula yang berpotensi besar menggangu kesehatan lingkungan sehingga
hal demikian harus memperoleh perhatian penuh dari semua element masyarakat
dengan menghadirkan berbagai fasilitas kesehatan yang memenuhi standart mulai
dari Rumah Sakit, Puskesmas, resapan air, lahan terbuka hijau, tempat rekreasi,
peningkatan sanitasi lingkungan, posyandu rutin, penanggulangan kemiskinan
dimana hal ini bisa diupayakan melalui pemerataan penerimaan tenaga pada setiap
sektor kerja serta perluasan lapangan kerja dan sebagainya.
Ø Kelebihan
daerah kumuh
Akibat banyaknya orang yang datang ke
kota tanpa dikoordinir dengan baik sehingga memenuhi daerah-daerah
pinggiran rel kereta api dan pinggiran sungai. Dalam hal ini Peran pemerintah
sangat di butuhkan dalam mewujudkan kebijakan urbanisasi dan transmigrasi
massal serta
pembukaan lahan untuk TPA dan pos-pos
sampah di setiap sudut-sudut kota dan tempat-tempat kumuh dan sembrawut.
A. Upaya Perbaikan Kesling Melalui Konsep
Peremajaan Pemukiman dan Perkotaan.
1.
Perbaikan
lingkungan permukiman. Disini kekuatan pemerintah/public
investment
sangat dominan, atau sebagai faktor tunggal pembangunan kota.
2. Pembangunan
rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.
3. Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan
sektor swasta seperti
munculnya
super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak
kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran,
kurang adanya integrasi
jaringan
dan aktifitas trafi yang sering
menciptakan problem diluar (super
blok).
Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas
diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 2002
tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok dan fungsi
tersebut tercermin dalam struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan
pembangunan nasional, serta komposisi sumber daya manusia dan latar belakang
pendidikannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh
Sekretariat Utama, Staf Ahli dan Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang
masing-masing membidangi bidang-bidang tertentu.
Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro,
pembangunan ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,
pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum, penerangan,
politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri, pembiayaan
dalam bidang pembangunan, pusat data dan informasi perencanaan pembangunan,
pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan
(pusbindiklatren), program pembangunan nasional(propenas), badan koordinasi
tata ruang nasional, landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan
eksternal.
B. Analis Upaya Perbaikan Kesling Pemukiman Dan Perkotaan
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi
mereka selanjutnya. Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan
melakukan relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut,
pemerintah bisa membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk
vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada mereka.
Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi sarana pendukung
lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa diakses hanya
dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau, sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau tersebut.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau, sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau tersebut.
Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial,
di mana tidak hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga
penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar
survive. Perlu dukungan penciptaan pekerjaan yang bisa membantu mereka survive,
misalnya dengan pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka untuk
mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan hidup.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi
permukiman kumuh di perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah
yang tahu benar apa yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat
dilibatkan, persoalan mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan.
Melalui kontribusi masukan dari masyarakat maka akan diketahui secara persis
instrumen dan kebijakan yang paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi
permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada
intervensi dari negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan
masyarakat sudah sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah
dan Swara (KPS) dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan
infrastruktur pendukung dibutuhkan.
Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan
pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan
budaya dari masyarakat di kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga
lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman, tertip, dan asri.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan
penduduk di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran
yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan
antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan
permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif
tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai
slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak
masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah
permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi
standard untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan
bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai
air bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak
memadai.
3.2. Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus
memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan
masyarakat harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan
teratur.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Ami-archuek.
2009. Permukiman Kota. (Online), (http://ami- archuek06.blogspot.com,
Diakses 17 Maret 2015).
2. Chyntiawati,
deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online), (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh/,
Diakses 17 Maret 2015).
3. Fitrilubis,
Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat Sebagai Salah Satu Usaha
Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki Kehidupan Masyarakat Permukiman Kumuh.
(Online), (http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-dengan- sistem- partisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk- meningkatkan-dan-memperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman- kumuh/,
Diakses 17 Maret 2015).
4. Qurow-yun.
2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online), (http://qurow- yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin- perkotaan.html, Diakses 17 Maret 2015).
5. Rukmana,
Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan. (Online), (http://dedenrukmana.wordpress.com/, Diakses
17 Maret 2015).
6. Tribun-Timur.
8 oktober 2009. Kawasan Kumuh Perkotaan. (Online), (http://www.tribun-timur.com/read/artikel/51720,
Diakses 17 Maret 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar