Minggu, 22 Maret 2015

Makalah Pengantar Kesling Pemukiman Dan Perkotaan



MAKALAH
PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN
PEMUKIMAN DAN PERKOTAAN


  

                                                            DI SUSUN OLEH:
                                                           NAMA: ASMIN SALIM
                                                           NPM   : 11 710 255

   FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
    KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN
    UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN BAUBAU
     2015





KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Teriring salam dan doa kepada Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada Bapak Dosen mata kuliah ‘’Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan’’ serta kita semua dalam menjalankan aktifitas keseharian kita. Amin.
Serta syalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, atas perjuangannya dalam mengantar umat manusia dari dunia jahiliya ke dunia yang penuh dengan etika, moral yang berperadaban. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tenang dalam penyusunannya walau masih penuh dengan kemungkinan untuk di berikan kritikan serta masukan yang membangun. Makalah ini berjudul Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan, Yang Alhamdulillah, dengan judul ini, memberikan motivasi bagi mahasiswa kesehatan masyarakat terkhusus penyusun sendiri untuk mengimplementasikan ilmu tentang Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan  Perkotaan yang memenuhi standart.
Akhirnya saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak  yang mendukung terselesainya makalah ini.
Billahittaufik walhidayah
Wassalamu alaikum Wr. Wb
                                                    
Baubau, 17/03/2015
Penyusun.
                                                                                                      (ASMIN SALIM)





DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................................................1
Daftar Isi .....................................................................................................................................2
Kata Pengantar ........................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang .................................................................................................................4
1.2  Rumusan Masalah ..........................................................................................................5
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................................5
1.4  Manfaat Penulisan ..........................................................................................................6
BAB II  Pembahasan
2.1  Sejarah Pemukiman dan Perkotaan ......................................................................7
2.2 Defenisi  Pemukiman dan Perkotaan ....................................................................7
2.3 Hubungan Manusia dengan Lingkungan ..............................................................9
2.4 Upaya perbaikan Kesling pemukiman dan Perkotaan ...................................10
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................15
3.2 Saran ....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................16










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik diperlukan suatu program peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan sesuai peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Kesehatan lingkungan pemukiman dan perkotaan merupakan tanggung jawab bersama.

Pemukiman dan perkotaan merupakan salah satu kebutuhan dasar dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu kehidupan yang sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pemukiman dan perkotaan juga merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, dan berkesinambungan.

Pemukiman dan perkotaan adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam permukiman, sedangkan kota adalah daerah perumahan dan bangunan-bangunan yang merupakan suatu kesatuan tempat kediaman dan juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya .

 Pada dasarnya kota merupakan tempat konsentrasi sejumlah besar orang, tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya spesialisasi pekerjaan atau industri, perdagangan luar negeri dan menjadi pusat pelayanan bagi daerah-daerah di sekitarnya . Tata kota adalah suatu pengaturan pemanfaatan ruang kota di mana terlihat fungsi kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduknya maupun kota itu sendiri. Sehingga benarlah bahwa pemukiman dan perkotaan tidak bisa dipisahkan. Adapun Permukiman perkotaan dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.

Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat – syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan dalam poses pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak huni, juga harus memenuhi standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan nyaman untuk kepentingan individu atau keluarga itu sendiri.

Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota – kota besar, pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau kawasan yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat tempat pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat – tempat yang rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau sekitar 95% kejadian yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung di Indonesia pada tahun 2013  dikarenakan pembangunan perumahan yang salah sehingga permasalahan tersebut belum bisa diselesaikan karena tidak ada tindakan tegas terhadap developer – developer nakal yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku. (BMG Nasional)

1.2 Rumusan Masalah
1.      Sejarah Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan.
2.      Apakah Defenisi Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan ?
3.      Bagaimana Hubungan Manusia dengan Lingkungannya ?
4.      Bagaimana Upaya Perbaikan Kesling. Pemukiman dan perkotaan ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘’Kesling Pemukiman dan Perkotaan’’.
2.      Untuk Menambah Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan


1.4 Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesehatan Lingkungan Pemukiman Dan Perkotaan serta Metode Pengelolaannya
2.      Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Kesehatan  Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan dan Prosedur Apa Saja Yang Dipakai Dalam Pengelolaan Pemukiman Dan Perkotaan yang Bisa menjamin Kesehatan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah  Pemukiman di Perkotaan
Sejarah pertumbuhan pemukiman banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan keadaan alam sekitar. Perkembangan pemukiman di kota akan lebih mudah dimengerti dengan menguraikan terlebih dahulu perkembangan perkotaan di Indonesia sebagai dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Berikut adalah sejarah perkembangan pemukiman kota di Indonesia yang dirunut dari beberapa tahap:

1.     Kota  Dan Pemukiman Sebelum Masuknya Pengaruh Eropa.

Kota- kota di Indonesia tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh kebudayaan hindu budha, di susul kemudian oleh kebudayaan Islam. Kota-kota tersebut umumnya merupakan pusat- pusat kerajaan dan perdagangan.
Kebanyakan pola tata ruang kota-kota di kerajaan di jawa mengikuti suatu pola dasar dengan memperhatikan empat arah mata angin yaitu utara, selatan, barat, timur dan tengah dengan suatu anggapan bahwa suatu kota merupakan sebuah organisme yang hidup seperti manusia.
Konsep tata ruang kota yang berada dibawah pengaruh kebudayaan hindhu masih dapat dilihat pada pola- pola perkampungan dan kota kota di bali.

2.     Kota Dan Pemukiman Setelah Masuknya Pengaruh Eropa.

Kota-kota dan pemukiman setelah masuknya pengaruh eropa dapat   dikelompokan menjadi 2 yaitu : 
Ø  Kota Pantai
Merupakan pusat utama kegiatan masyarakat kota tersebut, semisal kegiatan perdagangan, penyebaran agama dan kebudayaan serta tempat berkumpul dan bertemunya berbagai suku bangsa dari berbagai negara.



Ø                               Kota pedalaman
Merupakan pusat pemerintahan kerajaan dan pengembangan tradisi serta  banyak di tunjang oleh pusat-pusat hasil pertanian daerah.

            3.    Kota Dan Pemukiman Pada Masa Pemerintahan Hindia Timur S/D
Berdaulat.
Pada awal perang kemerdekaan, setelah Jepang dikatakan kalah oleh sekutu pada tahun 1945, banyak kota-kota besar yang dibakar dan ditinggalkan oleh penduduknya mengunsi ke kota-kota kecil. Pembangunan pada awal pengakuan kedaulatan tidak banyak dilakukan.
Untuk merehabilitasi  kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat perang, Belanda mengeluarkan Stads Vormings Ordonansi pada tahun 1948 dan Stads Vormings Verorderning sebagai peraturan pelaksanaannya. Belanda mulai mempersiapakan pembangunan kota baru di Kebayoran sebelah selatan Jakarta, untuk tempat tinggal para pegawai dan menampung pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat dibangun karena adanya penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Pembangunan kota ini baru dilakukan pemerintah Indonesia pada awal tahun lima puluhan.

       4.   Kota Pemukiman Pada Masa Kemerdekaan

Ø  Terjadinya pemberontakan di beberapa daerah di Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Maluku 
Ø  Perumahan yang teratur dibangun oleh Pemerintah bagi para pegawai negeri yang terus bertambah atau oleh perusahaan perusahaan besar untuk karyawannya.
Ø  Penduduk asli kota yang memiliki tanah yang luas membangun rumah-rumah petak kontrakan untuk pendatang baru.
Ø  Selain Kebayoran Baru, banyak lagi kota-kota baru lainnya yang dibangun, baik dari lokasi maupun dari perluasan kota kecil yang sudah ada sebelumnya.
Ø  Pada awal tahun 1970-an pihak swasta mulai membangun perumahan yang direncanakan dengan baik , namun baru terbatas kepada bangunan-bangunan mewah (PONDOK INDAH).
Ø  Rumah susun sebagai solusi kebutuhan perumahan daerah perkotaan yang lahannya terbatas jumlahnya masih sedikit (semula dibangun pemerintah untuk pegawai), awal 1980-an baru muncul rusun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Ø  Rusun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan tinggi dibangun oleh swasta di awal tahun 1990 an.

2.2 Defenisi Pemukiman dan Perkotaan
A.  Pemukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perkehidupan dan penghidupan.
Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
B. Perkotaan
Perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Wikipedia Indonesia).
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local (Max Weber).
Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya (Louis Wirth).


2.3 Hubungan Manusia Dengan Lingkungan
Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Makin besar jumlah keburuhan hidupnya berarti makin besar perhatian manusia terhadap lingkungannya.
Perhatian dan pengaruh manusia terhadap lingkungan makin meningkat pada zaman teknologi maju. Masa ini manusa mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhi bahan dasar industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan sifatnya, kebutuhan hidup manusia dapat dilihat dan dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan hidup materil antara lain adalah air, udara, sandang, pangan, papan, transportasi serta perlengkapan fisik lainnya. Dan kebutuhan nonmateril  adalah rasa aman, kasih sayang, pengakuan atas eksistensinya, pendidikan dan sistem nilai dalam masyarakat.
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya fikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Di sini jelas terlihat bahwa manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini disebabkan manusia dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala.
2.4 Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan Pemukiman Dan Perkotaan
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang perbaikan kesehatan lingkungan di perkotaan, ada baiknya kita menguraikan terlebih dahulu permasalahan yang kerap terjadi pada pemukiman perkotaan. Sebab untuk melakukan upaya perbaikan tentu kita mesti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi. Adapun permasalahan yang terjadi atau kasus-kasus kesehatan di lingkungan pemukiman di perkotaan ini akibat kesalahan penataan serta kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam pemenuhan instrumen-instrumen pendukungnya. Di bawah ini adalah beberapa kasus yang sering terjadi pada pemukiman di perkotaan:
Ø  Banjir
Banjir adalah peristiwa yang sudah tidak asing lagi dimata publik, sebab dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak disuguhkan oleh media akan banjir besar  yang bahkan menelan korban jiwa, yang sudah tentu dikarenakan penataan kota yang tidak benar serta kurangnya bahkan tidak ada resapan air di titik banjir tersebut.
Ø  Polusi
Polusi udara, dikeranakan banyaknya kendaraan serta buangan industri yang menghasilkan senyawa toksit yang mengandung logam berat, yang ketika hirup akan bersifat kronis di dalam tubuh. Contoh kasusnya adalah adalah pada setiap Traffight Light di kota-kota besar. Seharusnya, timer-nya di setting lebih cepat untuk menghindari resiko polusi dari berkerumunya kendaraan pada setiap perhentian di titik tersebut.
Ø  Kelebihan penduduk
Kita memahami bahwa suatu kemajuan  suatu daerah ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi di daerah tersebut yang diikuti peningkatan jumlah pemukiman pula yang berpotensi besar menggangu kesehatan lingkungan sehingga hal demikian harus memperoleh perhatian penuh dari semua element masyarakat dengan menghadirkan berbagai fasilitas kesehatan yang memenuhi standart mulai dari Rumah Sakit, Puskesmas, resapan air, lahan terbuka hijau, tempat rekreasi, peningkatan sanitasi lingkungan, posyandu rutin, penanggulangan kemiskinan dimana hal ini bisa diupayakan melalui pemerataan penerimaan tenaga pada setiap sektor kerja serta perluasan lapangan kerja dan sebagainya. 
Ø  Kelebihan daerah kumuh
Akibat banyaknya orang yang datang ke kota  tanpa dikoordinir dengan baik sehingga memenuhi daerah-daerah pinggiran rel kereta api dan pinggiran sungai. Dalam hal ini Peran pemerintah sangat di butuhkan dalam mewujudkan kebijakan urbanisasi dan transmigrasi massal serta



pembukaan lahan untuk TPA dan pos-pos sampah di setiap sudut-sudut kota dan tempat-tempat  kumuh dan sembrawut.
A.      Upaya Perbaikan Kesling Melalui Konsep Peremajaan Pemukiman dan Perkotaan.
1.      Perbaikan lingkungan permukiman. Disini kekuatan pemerintah/public
investment sangat dominan, atau sebagai faktor tunggal pembangunan kota.
2.      Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.
             3.        Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti
                   munculnya          super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak
                   kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrasi
                   jaringan dan aktifitas trafi  yang sering menciptakan problem diluar (super
                   blok). Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok dan fungsi tersebut tercermin dalam struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional, serta komposisi sumber daya manusia dan latar belakang pendidikannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang masing-masing membidangi bidang-bidang tertentu.
Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia, pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum, penerangan, politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri, pembiayaan dalam bidang pembangunan, pusat data dan informasi perencanaan pembangunan, pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan (pusbindiklatren), program pembangunan nasional(propenas), badan koordinasi tata ruang nasional, landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.

B.     Analis Upaya Perbaikan Kesling Pemukiman Dan Perkotaan
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya. Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut, pemerintah bisa membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada mereka. Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi sarana pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa diakses hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan                        kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau, sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau tersebut.
Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana tidak hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu dukungan penciptaan pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya dengan pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka untuk mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan hidup.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu benar apa yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat dilibatkan, persoalan mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan. Melalui kontribusi masukan dari masyarakat maka akan diketahui secara persis instrumen dan kebijakan yang paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat sudah sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan Swara (KPS) dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur pendukung dibutuhkan.
Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertip, dan asri.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.
3.2.  Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.




DAFTAR PUSTAKA
1.      Ami-archuek. 2009. Permukiman Kota. (Online), (http://ami- archuek06.blogspot.com, Diakses 17 Maret 2015).
2.      Chyntiawati, deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online), (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh/, Diakses 17 Maret 2015).
4.      Qurow-yun. 2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online), (http://qurow- yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin- perkotaan.html, Diakses 17 Maret 2015).
5.      Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan. (Online), (http://dedenrukmana.wordpress.com/, Diakses 17 Maret 2015).
6.      Tribun-Timur. 8 oktober 2009. Kawasan Kumuh Perkotaan. (Online), (http://www.tribun-timur.com/read/artikel/51720, Diakses 17 Maret 2015).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar