Senin, 23 Maret 2015

PUTRI MELATI DARI SUNDA

PUTRI MELATI DARI SUNDA

(ASSA)


Gambar. Melati Ilustrasi

''Bunga melati sedang mekarnya indah bagai   bunga mekar dalam hati, 
menanti siraman bening nya air dipagi hari, menguntai kata memekarkan hati,
hati ingin tersapah disaat mentari tiba''.


Aku bukanlah murid ''Jalaludin Rumy'', aku bukanlah pengikut setia ''Buya Hamka'', si penggubah cerita ''Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk'', yang tersohor itu. Namun apakah diriku salah, ketika aku mencoba memulai lompatan-lompatan kecil mengikuti jejak mereka..? Hingga Hari ini, untuk memulainya, aku ingin bercerita tentang diriku dan seorang gadis berperawakan Sunda - Buton.

Namanya Feby. Feby adalah mahasiswi  fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, jurusan Bahasa Asing (Bahasa Inggris) semester enam di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau dan pada kesempatan ini, aku mencoba menggambarkan dirinya dengan bunga melati, bunga yang memiliki warna di balik warna putihnya. Ia juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya, apa pun kondisinya, panas, hujan, terik, atau pun badai yang datang, ia tetap putih. Ke mana pun dan di mana pun ditemukan, melati selalu putih. Putih, bersih, indah berseri di taman yang asri dan senantiasa memberikan wangi harum yang tak pernah hilang tatkala angin menyapu.

Mungkin aku agak berlebihan menilai dirinya, sebab idealnya manusia yang dikomparasikan dengan bunga melati adalah sosok  sang kusuma bangsa yang namanya mengharumkan Ibu Pertiwi sepanjang masa. Ia juga bukan putri Ka'iulani dari Filipina yang merindukan keharuman bunga melati hingga ia dijuluki Putri Melati dinegaranya. Namun, Aku berani mengatakan bahwa aku tidak salah, dan sama sekali tidak salah menilainya, walau ia bukanlah sosok spesial dalam diriku. Namun satu hal yang harus aku akui bahwa keharumannya membuatku serasa tengah menikmati tegukan anggur ''Masandra'' dari Yalta di Crimea yang terkenal itu. Aku bangga mengenalnya, aku bangga dalam keseharianku, bisa memberi sapaan senyapku kepada sang melati suci kos Nicky itu, walau setiap kali berpapasan dengannya, aku harus berani tampil kalem demi menyembunyikan kekagumanku terhadapnya. Aku tau diri dan semoga ini tidak manjadi bomerang buatku. 


Gambar. Melati Putih
  
 ''Sentuhan keharumanmu memberikan keindahan, sejuta kagum tertata rapi walau tak pernah terucap. Bagai malam nan elok saat semua terangkai di dalam sebuah mimpi..hingga rasa letih menyemarakkan semangat untuk tetap melanjutkan hidup, ketika ku terbangun dari lelap tidurku. Seketika pula teringat sebuah senyuman yang setia menemani disetiap penatku..meski nanti senja akan mengikis asa ku, namun takkan pernah buatku beralih untuk selalu hadir memberikan syukur senyapku kepada Tuhan yang menghidupiku, demi mendermakan  sebuah ide berbau cinta tulus nan ikhlas di atas ketangguhan hati senyapku''.

Bayu Gawtama, seorang perawi syair modern dalam gubahannya pernah mengatakan '' Melati, pada tangkai ia bersandar, agar ia tetap pada kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya, menserikan alam. Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih. Jika daun itu tak lagi hijau, atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih?

Gambar. Melati
Pada bunga lain ia bersahabat. Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik, karena masing-masing memahami tugas dan peranannya. Tak pernah melati iri menjadi mawar, dahlia, anggrek, atau lili, begitu juga sebaliknya. Tak terpikir melati berkeinginan menjadi merah, atau kuning, karena ia tahu semua fungsinya sebagai putih.

Pada matahari ia memohon, tetap berkunjung di setiap pagi mencurahkan sinarnya yang menghangatkan. Agar hangatnya membaluri setiap sel tubuh yang telah beku oleh pekatnya malam. Sinarnya yang menceriakan, bias hangatnya yang memecah kebekuan, seolah membuat melati merekah dan segar di setiap pagi. Terpaan sinar mentari, memantulkan cahaya kehidupan yang penuh gairah, pertanda melati siap mengarungi hidup, setidaknya untuk satu hari ini hingga menunggu mentari esok kembali bertandang.

Pada alam ia berbagi, menebar aroma semerbak mewangi nan menyejukkan setiap jiwa yang bersamanya. Indah menghias harum semua taman yang disinggahinya, melati tak pernah terlupakan untuk disertakan. Atas nama cinta dan keridhaan Pemiliknya, ia senantiasa berharap tumbuhnya tunas-tunas melati baru, agar kelak meneruskan perannya sebagai bunga yang putih. Yang tetap berseri di semua suasana alam''.

Tetaplah mekar wahai Putri melati impian, mekar di taman sejuta pesona, memberi keharuman, mendermakan sejuknya embun kebaikan. Bertunaslah engkau dalam taman jurang yang dalam, agar kumbang jalang tak mampu meraihmu. Feby, tetaplah mekar menjalani kesucian Melati, sebab mekarmu hanya sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar